Sabtu, 19 Januari 2013

Mbah Jagung, 17 tahun menjual jagung bakar buat menyambung hidup


Di bawah temaram sinar merkuri, sepasang kekasih lanjut usia, yang biasa disapa Mbah Jagung, di belakang lapak tanpa dinding dan atap, membiarkan tubuh rentanya dihempas ganasnya angin malam. Meski waktu sudah tunjuk pukul 22.30 WIB, kakek dan nenek yang tinggal di Jalan Siwalankerto, Surabaya, Jawa Timur ini, masih sibuk menjajakan dagangannya.

Setiap hari, antara pukul 17.00 hingga 23.00 WIB, Karmadi dan isterinya menggelar lapak jagung bakarnya di pinggir Jalan A Yani, Surabaya, tepatnya di sekitar Korem 084 Bhaskara Jaya. Dengan becaknya, Karmadi mengangkut lapak dagangannya dari rumahnya yang berjarak sekitar 3 kilometer ke lokasi mereka berjualan.



Mbah Jagung, 17 tahun menjual jagung bakar buat menyambung hidup


"Saya bukanya ya dari jam lima (pukul 17.00 WIB) sampai malam," kata isteri Karmadi.

Usai berjualan, Karmadi mengayuh becaknya ke Pasar Keputran Surabaya, yang jarak tempuh dari rumahnya sekitar 20 kilometer, untuk membeli jagung. Menjelang subuh kakek 72 tahun itu baru kembali pulang.

Selama 17 tahun menjual jagung bakar, Karmadi dan isterinya menghidupi ke lima anaknya, yang kini semuanya sudah berumah tangga dan memiliki rumah sendiri-sendiri. Kini tinggallah Karmadi dan isterinya hidup sendiri dan memenuhi kehidupannya dengan tetap menggelar lapak jagung bakarnya di Jalan A Yani.

Tidak setiap hari dagangan mereka laris manis. Setiap hari, kakek dan nenek ini menghabiskan jagung bakarnya antara 10 sampai 15 kilogram.

"Namanya juga dagangan. Kadang ramai, kadang ya grudug-grudug (pembeli yang datang bersamaan di waktu yang sama). Mereka juga belinya tidak sedikit. Kalau pas lagi sepi, ya tidak menghabiskan 10 kilogram," sahut nenek 67 tahun itu menimpali cerita suaminya.

Meski setiap malam, terlebih di musim hujan, yang kerap membuat tubuh mereka basah kuyup serta dinginnya angin malam menyengat tulang-belulang mereka yang payah, tak menyurutkan sepasang kekasih renta ini untuk mengais rezeki yang halal.

"Meski sudah tua, kami tidak ingin merepotkan anak-anak, apalagi orang lain. Dari hasil berjualan jagung bakar ini memang tidak seberapa, apalagi dipotong restribusi Rp 2 ribu untuk keamanan dan kebersihan, tapi hasilnya cukup untuk menyambung hidup dan halal," ucap nenek asal Madiun, Jawa Timur ini.

Karmadi dan isterinya menjajakan tiap potong jagung bakarnya seharga Rp 6 ribu. Jagung bakarnya memiliki tiga rasa, manis, pedas, dan asin pedas. Setiap hari, Karmadi selalu disibukkan dengan tungkunya untuk membakar jagung, sementara isterinya sibuk melayani pembeli dan meracik jagung bakarnya dengan bumbu sesuai selera pelanggannya.

Di lapaknya yang tanpa sekat itu, terkadang ada pelanggannya yang datang dengan mobil mewah, ada juga yang menggunakan mobil jenis Toyota Fortuner. Kadang ada juga pelanggan yang memakan jagung bakar ala Mbah Jagung di lokasi, ada juga yang membawa pulang.

"Yang beli di sini jauh-jauh juga, ada yang dari Waru, Sidoarjo, ada juga yang dari Pondok Candra (kawasan perumahan di perbatasan Rungkut, Surabaya dan Waru), ada juga yang dari Sedati, Sidoarjo," katanya.

Meski banyak juga orang yang brjualan jagung bakar, para pembeli mengaku lebih suka menikmati jagung bakar Mbah Jagung. "Jagung bakar Mbah Jagung manis. Jagung-jagungnya muda-muda, jadi tersa enak di lidah," kata Nisha, pelanggan Mbah Jagung yang tinggal di daerah Ngingas, Waru, Sidoarjo.

Padahal, menurut Nisha, tak jauh dari tempat berjualan Mbah Jagung, ada penjual jagung bakar lain. Jaraknya hanya sekitar 500 meter. Is penjualnya masih muda, dan tempatnya lebih nyaman dari lapak Mbah Jagung.

"Tapi saya lebih suka jagung bakar buatan Mbah Jagung. Apalagi, selain jagung bakarnya enak, Mbah Jagung orangnya juga ramah," lanjut Nisha.

Tak hanya Nisha, pelanggan Mbah Jagung yang lain juga mengatakan hal yang sama, karena keramahan dan nikmatnya jagung bakar Mbah Jagung ini, mereka lebih tertarik untuk mampir di lapak sederhana si kakek dan nenek itu.

"Jagung bakarnya murah dan enak sih," kata pelanggan Mbah Jagung yang lain sambil berlalu usai membeli jagung bakarnya.


sumber | iniunic.blogspot.com | http://www.merdeka.com/peristiwa/mbah-jagung-rela-berjualan-jagung-bakar-buat-menyambung-hidup.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar